Perkataan seorang teman waktu itu sampai begitu keras ke hati Nita, katanya “Oh ini orang yang terkenal di Banda Aceh, tapi tidak pernah buat apa-apa untuk kampung halaman.” Nita mulai meninggalkan kampung halaman saat kuliah. Sejak saat itu, kehidupan Nita erat dengan perantauan dan perjalanan.
Setelah kuliah di Banda Aceh, Nita sempat juga bekerja di sana. Namun mendapatkan pekerjaan bukan berarti membuat Banda Aceh menjadi kota persinggahan terakhirnya sebelum kembali ke kampung halaman. Nita sempat menjadi Pengajar Muda dan singgah di Banggai, Sulawesi Tengah. Lalu bekerja di Malang untuk beberapa waktu.
Dalam perjalanan itu, Nita menyadari bahwa ada keberanian untuk berbuat sesuatu dan ada keberanian untuk berbuat salah. Namun, keberanian itu tidak ada saat ia di kampung halaman. Padahal menurut Nita, dia tetap harus berani berbuat untuk daerahnya, sebagaimana janji sarjana yang ia ucap saat wisuda, yaitu menjadi manfaat di mana pun ia berada.
Rasa ingin kembali kampung halaman ternyata bukan hanya dialami oleh Nita, tapi juga Atikah. Seorang sarjana Teknik Kimia asal Lintau Sumatera Barat. Kehidupan pasca kuliahnya sempat dihabiskan di beberapa kota. Tika sempat bekerja di Jakarta lalu menjadi Pengajar Muda di Yapen, Papua. Dari perjalanan itu banyak hal yang Tika lakukan, tapi hal itu justru membuatnya ingin kembali. Ia merasa bahwa saat ia bisa melakukan banyak hal di berbagai daerah, ia juga bisa melakukan itu untuk kampung halamannya.