Memulai Kolaborasi dan Saling Berbagi
Sebelum menutup kelas malam itu, Icha mengatakan bahwa saat ini kita sedang ada di era kolaborasi, di mana kompetititf perlahan bergeser menjadi kooperatif. Kooperatif membuat suatu pergerakan lebih cepat, kooperatif memegang paham bahwa ilmu kita bisa digunakan orang lain dan kita juga bisa menggunakan ilmu orang lain, “kita tidak perlu expertise di semua bidang,” kata Icha.
Gagasan penutup ini merangkum cerita Icha dihadapan teman-teman GTA malam itu. Bahwa kolaborasi adalah upaya yang bisa dilakukan antar pihak untuk mencapai tujuannya. Kolaborasi diibaratkan juga simbiosis mutualisme, di mana semua pihak akan bekerja sama untuk saling mendapat keuntungan dan manfaat.
Gagasan kolaborasi ini kedengarannya menarik dan membahagiakan, tapi tidak semua orang tahu bagaimana memulai suatu kolaborasi. Sebab, tidak semua dari kita bisa mudah percaya dengan orang baru, tidak semua dari kita bisa punya gagasan yang sama untuk berjalan bersama. Untuk itu, Icha memberikan beberapa kiatnya.
Berdasarkan pengalaman Icha bersama Difabel.id, kolaborasi mereka mulai dengan dua cara, yaitu cara aktif dan cara pasif. Cara pasifnya pun terbagi lagi menjadi dua, pertama adalah social media branding, kedua dengan referral. Media sosial bisa jadi gambaran awal dari gerakan atau organisasi kita bagi pihak lainnya. Gambaran yang akan membantu calon kolaborator untuk tahu, apakah kita memungkinkan untuk diajak kolaborasi. Adapun referral akan bekerja untuk mengenalkan kita ke lebih banyak orang dengan cara yang sederhana.


Cara-cara pasif itu dilakukan melalui dukungan cara aktif, yaitu:
Memanfaatkan Relasi
Beberapa kolaborasi di awal langkah Difabel.id dilakukan melalui jejaring relasi. Relasi menjadi penting, karena untuk membangun kepercayaan dan mengenal keahlian satu sama lain terkadang membutuhkan waktu. Hubungan lama dalam relasi akan membuat saling percaya dan saling memahami antar kolaborator.