Menyelami Ruh Kreativitas Bagi Seorang Guru

0
1125

Bergandengan tangan secara virtual jadi jalan ninja bagi banyak guru di Indonesia. Tentu saja demi menjaga kualitas pelajaran yang diterima siswa tetap baik, dan lebih penting lagi adalah pemerataannya di saat pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dari Selasar Guru Hebat yang digagas Hoshizora, – jadi punya media untuk bertemu, berbagi, dan belajar kembali untuk tujuan tersebut.

Sabtu, 10 Oktober 2020, merupakan sesi ke 2 dari 3 sesi yang akan diisi Gagas Inspirasi Nusantara (@gagasin.co) dalam Selasar Pendidik Hebat. Jika di sesi 1 peserta sudah dibekali dengan materi Pedagogi, di sesi kedua  belajar tentang mengajar kreatif bersama Umarotun Niswah dan Sari Lestari dari Gagas Inspirasi Nusantara (@gagasin.co). Meskipun tema sesi secara spesifik tentang Metode Belajar Kreatif, alih-alih menyampaikan materi tentang strategi mengajar kreatif, Uma dan Sari mengajak para peserta untuk mundur sejenak pada konsep dasar pembelajaran berpusat pada siswa. Konsep ini sebenarnya sudah dibahas pada sesi Pedagogi. Namun implikasinya pada pembelajaran berdiferensiasi sangat erat sehingga perlu untuk kembali di recall.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan siklus mencari tahu peserta didik secara terus menerus dan merespon proses belajarnya berdasarkan keragaman peserta didik tersebut.  Selama mendampingi proses pembelajaran peserta didik, guru berupaya memahami peserta didik secara terus menerus, membangun kesadaran akan kekuatan dan kelemahan, mengamati dan menilai kesiapan belajar, minat serta profil belajar peserta didik. Pemahaman tersebut digunakan untuk menyusun pembelajaran yang berdiferensiasi baik dari segi konten, proses, maupun produk.

Konektivitas

Pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki beberapa tujuan, prinsip dan juga komitmen. Namun, secara garis besar, tujuan, prinsip dan komitmen ini intinya adalah pembelajaran dapat mewadahi/memfasilitasi keberagaman setiap siswa tanpa kecuali, agar siswa dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dalam proses pembelajarannya.

Sebelum menyusun pembelajaran berdiferensiasi, perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu terhadap 3 aspek, yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. Asesmen ini dilakukan secara terus menerus untuk memfasilitasi proses belajar yang berpusat pada siswa. Strategi belajar dapat berubah secara fleksibel sesuai dengan hasil asesmen terkini.

Baca juga: Pendidikan dan Kebudayaan, Racikan Warisan Ki Hajar Dewantara

Nah, komponen apa saja yang dapat didiferensiasi?

Ada 3 komponen yang adapat didiferensiasi yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

  1. Diferensiasi konten atau isi merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari oleh siswa. Tugas guru adalah memastikan semua peserta didik mempelajari materi pelajaran dalam kurikulum yang harus dikuasainya.
  2. Diferensiasi proses merujuk pada bagaimana peserta didik mengolah ide atau informasi dalam rangka memahami materi pembelajaran.
  3. Diferensiasi produk merujuk pada modifikasi produk dari hasil belajar yang merupakan hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.

Untuk mencapai pembelajaran berdiferensiasi, perlu dibangun budaya kelas yang kondusif. Sehingga, guru perlu menyiapkan pengelolaan kelas yang memang mendukung proses pembelajaran dimaksud. Upaya untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis, seperti penyiapan materi pelajaran, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik.

Apa saja yg perlu dikelola dalam proses belajar mengajar?

  1. Aspek sosial-emosional, meliputi: aturan kelas, budaya kelas, sikap dan sikap siswa.
  2. Kondisi fisik, meliputi: susunan bangku, ventilasi, tata letak, dan desain kelas

Jadi, apa hubungannya belajar kreatif dengan pembelajaran berpusat pada siswa?

Nah, proses ‘kreatif’ ini menjadi ruh bagi guru dalam menyusun pembelajaran berpusat pada siswa yang implikasinya berupa pembelajaran berdiferensiasi dengan dukungan pengelolaan kelas yang baik.

Tampak sulit? Tentu, terlebih di masa pandemik yang akrab dengan perubahan ini. Memang tidak pernah mudah mengemban tugas sebagi guru. Namun, para guru tidak perlu langsung berkecil hati atau langsung ciut dengan segala konsep yang tidak mudah aplikasinya ini. Perlahan tapi pasti, bila ada kemauan maka segalanya dapat diwujudkan secara perlahan. Tidak mengapa bila pada percobaan pertama tidak langsung mengaplikasikan semuanya. Itu lebih baik dibanding tidak mencobanya sama sekali.

Dari bekal materi belajar kreatif ini, maka modal untuk para guru bertahan dengan kualitas prima dalam mengajar semakin lengkap. Setidaknya, meski jarak memisahkan guru dan siswa, jembatan kreativitas bisa membuat proses pembelajaran jadi lebih menarik, dan bermanfaat untuk siswa. (Umarotun Niswah)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here