Ada satu hal yang membuat saya heran, mengapa tiap kali kita sedang dirundung musibah alam atau segala musibah yang sebetulnya berkaitan erat dengan kebiasaan buruk dan tingkah laku kita yang tidak jarang ngadi-adi, mengapa kita selalu bilang, “Semoga lekas sembuh, Bumi!” Atau “Get well soon, Earth!”?
Kata-kata ini sempat ramai kembali beredar di lini media sosial pada mula pandemi corona merebak di berbagai negara di dunia. Kalau sekarang sih, sudah jarang saya temui orang menuliskan kata-kata serupa. Mungkin orang sudah mulai lupa kalau kita sekarang masih berada di situasi pandemi. (Jangan turunkan maskermu ya!)
Baca juga: Mendengar Penyintas Kekerasan Seksual
Buat saya kalimat ini aneh, tidak masuk akal, dan justru membuat dahi saya berkerut (Tapi bukan karena faktor usia lho, hehe). Walau mungkin dulu saya juga pernah menuliskan kalimat serupa, namun untuk sekarang, penggunaan kalimat ini membuat saya bertanya-tanya, bisa-bisanya ya kita mengucapkan itu? Kok tidak malu, ya?
Mungkin kamu berpikir itu hanya sekadar ucapan yang tidak perlu dipusingkan atau dipikirkan sampai sebegitunya, apalagi sampai menghakimi diri sendiri atas pemilihan kalimat itu.
Tapi bagi saya, penggunaan kalimat itu bukannya menunjukkan kalau kita memiliki empati kepada Bumi yang sedang “sakit” tapi malah menunjukkan kalau kita itu tidak peduli dan senang melimpahkan kesalahan kepada planet lain (soalnya Bumi bukan orang).
Mungkin tuduhan itu terlalu keras, terdengar lebay, dan membuat kamu berpikir dalam hati, “Apaan sih?”
Tapi sepertinya saya boleh juga untuk memberikan respon serupa ketika ada orang yang mengatakan “Lekas sembuh, Bumi” karena jika dipikir kembali memang siapa yang telah membuat Bumi sakit? Angin malam?
Baca juga: Berdaya Lewat Ekonomi Bottom-Up
Berbagai temuan yang sudah diulas secara baik menyatakan bahwa banyak sekali bencana yang berkelindan dengan aktivitas manusia yang eksploitatif dan cenderung merusak alam.
Seperti peningkatan polusi udara, fotosintesis yang dilakuan oleh tumbuhan kan tidak menghasilkan karbon monoksida, nitrogenoksida, dan hidrokarbon? Itu semua kan dihasilkan oleh asap kendaraan dan kendaraan itu kan manusia yang menggunakannya. Contoh lain lagi adalah pencemaran air laut karena sampah plastik. Ikan kan tidak memproduksi plastik untuk belanja ke pasar. Lalu misalnya kemunculan wabah penyakit baru seperti corona yang menyeret kita pada situasi saat ini, berbagai penelitian menunjukkan jika virus tidak akan bermutasi, atau tidak akan berkeliaran di sekeliling kita, jika kita tidak masuk ke sebuah lingkungan yang memang tidak seharusnya kita usik.
Lalu sekarang kita mengatakan “Lekas sembuh, Bumi!” ketika kalau dipikir-pikir kita-lah penyakit yang didera bumi. Jika ada orang yang harus kita berikan ucapan “Lekas sembuh!” itu adalah kita, dan segala tingkah, perilaku, serta kebiasaan yang sudah selama beratus-ratus tahun telah membuat bumi sakit.
Semoga lekas sembuh dan lekas waras untuk kita semua. (Ber)